Skip to main content
Featured image for Peneliti Kripto: 'Pertarungan Akan Meletus antara AI dan Blockchain'
  1. Posts/

Peneliti Kripto: 'Pertarungan Akan Meletus antara AI dan Blockchain'

Tampilan berbagai aplikasi AI di layar iPhone

Foto: Ascannio / Shutterstock.com

Menurut investor Murad Mahmudov, dunia teknologi berada di ambang perjuangan kekuatan jangka panjang. Ia berpendapat bahwa kecerdasan buatan (AI) dan blockchain tidak akan saling mendekati dalam beberapa tahun ke depan, justru akan berseberangan. Analisisnya menggambarkan medan ketegangan yang menurutnya bisa berlangsung selama beberapa dekade dan akan menjadi penentu bagi perkembangan kekuasaan, data, dan kepemilikan.

AI Bergerak ke Sentralisasi, Blockchain ke Desentralisasi
#

Mahmudov menyatakan bahwa kebangkitan AI melepaskan kekuatan alami yang mengarah pada sentralisasi. Perusahaan besar memiliki kumpulan data dan perangkat keras yang sangat besar, sehingga sistem AI seringkali berjalan di infrastruktur tertutup dengan tingkat masuk yang tinggi. Hal ini membuat teknologi tersebut rentan terhadap konsentrasi kekuasaan.

Blockchain, menurut Mahmudov, justru mewakili kebalikannya. Ide di balik teknologi blockchain berputar di sekitar jaringan terbuka, pengambilan keputusan terdistribusi, dan kontrol yang tidak berada di tangan satu pihak. Ini menciptakan ketegangan fundamental antara dua model yang keduanya semakin penting.

Mahmudov tidak berharap pertarungan ini akan segera diselesaikan. Perkembangan terus berlanjut dan kepentingan mendasar bertabrakan, sehingga pertarungan itu menurutnya tak terhindarkan akan berlangsung selama beberapa dekade.

“Beberapa dekade ke depan akan menjadi semacam perlombaan senjata antara kekuatan sentralisasi AI dan kekuatan desentralisasi kriptografi,” katanya.

Apa yang Dipertaruhkan?
#

Meskipun Mahmudov tidak memberikan garis waktu yang konkret, ia melihat pertarungan ini sebagai benturan teknologis dan sosial yang besar. Pertanyaannya adalah infrastruktur mana—sentral atau desentral—yang akan mendominasi dunia di mana semakin banyak aktivitas dilakukan secara digital.

Dalam analisisnya, ia menekankan risiko potensial ketika AI semakin terkonsentrasi di tangan segelintir pemain yang menguasai semua kontrol. Pada saat yang sama, ia menunjukkan mengapa pendukung teknologi kripto terus mendukung sistem yang tidak mengenal kontrol sentral. Mahmudov menyarankan bahwa hasilnya akan berdampak pada privasi, kekuasaan, dan hak kepemilikan digital.

Para peneliti juga melihat potensi kerja sama antara kedua belah pihak. Di sana, penekanannya adalah pada kombinasi blockchain dan AI yang dapat menawarkan peluang baru untuk pemrosesan data yang aman dan transparan. Namun, Mahmudov justru menekankan ketegangan antara kedua dunia ini: menurutnya, kesenjangan antara kedua sistem tersebut sudah cukup besar untuk memicu perjuangan kekuatan jangka panjang.

Bentuk pastinya masih belum pasti. “Saya pikir kita masih berada di fase awal, dan kita akan melihat lebih banyak lagi dalam beberapa tahun ke depan,” tutupnya.