
Hari Pengupahan Setara (Equal Pay Day) telah berlalu, namun pembahasan tentang kesetaraan upah justru belum selesai. Angka terbaru menunjukkan bahwa kesenjangan upah memang menyusut, tetapi tetap saja menghabiskan uang dalam jumlah yang sangat besar. Perbedaannya mungkin terasa lebih kecil dari dulu, namun dampaknya setiap tahun tetap luar biasa besar, apalagi karena banyak penyebabnya sudah mengakar kuat di pasar kerja.
CBS (Pusat Statistik Belanda) menunjukkan bahwa wanita per jam rata-rata mendapatkan penghasilan 10,5 persen lebih rendah daripada pria. Ini adalah kemajuan besar dibandingkan dengan angka 19 persen pada tahun 2010. Namun, celah pendapatan tahunan tetap sangat besar. Wanita secara tahunan berpenghasilan 32 persen lebih rendah, terutama karena mereka bekerja lebih sedikit jam.
Mengapa Kesenjangan Menyusut, tapi Tidak Hilang #
Kesenjangan upah menyusut lebih cepat karena satu faktor yang menonjol: kenaikan upah minimum. Karena lebih banyak wanita yang bekerja di pekerjaan bergaji rendah, mereka mendapatkan keuntungan yang relatif lebih besar.
Akibatnya, Hari Pengupahan Setara tahun ini bergeser ke 24 November. Tahun lalu, tanggal itu masih sepuluh hari lebih awal. Ini adalah kemenangan simbolis, tetapi menurut para ahli bukan bukti bahwa diskriminasi sedang ditangani.
Ekonom CBS, Peter Hein van Mulligen, melihat bahwa wanita muda di pekerjaan pertama mereka berada dalam posisi lebih kuat berkat tingkat pendidikan yang tinggi. Namun, segera setelah pengalaman kerja dan situasi keluarga mulai berperan, pria kembali menyusul mereka.
Momen ini sering terjadi sekitar kelahiran anak. Wanita lebih sering mengurangi jam kerja dan melihat upah per jam mereka turun, sementara upah para ayah muda justru naik. Fenomena yang disebut “hukuman bagi ibu” (mother penalty) ini tetap menjadi pendorong utama celah pendapatan.
Perbedaan Besar antar Sektor, Aturan Baru Segera Datang #
CBS juga menunjukkan bahwa kesenjangan upah sangat bervariasi di setiap sektor. Di sektor pemerintahan publik, kesetaraan hampir sepenuhnya tercapai, sementara di sektor keuangan wanita mendapat penghasilan hingga lebih dari 20 persen lebih rendah.
Namun, ada secercah harapan: di 15 persen perusahaan terbesar, wanita rata-rata mendapat penghasilan lebih tinggi daripada pria, tiga kali lipat lebih banyak sejak 2010. Tren ini terutama tumbuh di sektor pemerintahan publik.
Mulai tahun 2027, Gender Pay Directive baru dari Uni Eropa akan mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan perbedaan upah. Jika selisihnya lebih dari 5 persen, sebuah organisasi harus melakukan intervensi. Para ekonom seperti Gerarda Westerhuis menekankan bahwa transparansi sangat penting, karena banyak ketidaksetaraan terjadi secara tidak sadar.
Menurut serikat pekerja FNV, wanita kehilangan setidaknya 1,9 miliar euro per tahun. Kesenjangan upah menyusut, tetapi belum cukup cepat. Namun, angka dari CBS menunjukkan satu hal: dengan peraturan yang tepat dan pasar kerja yang berubah, kesetaraan yang sesungguhnya bukan lagi mimpi yang jauh, melainkan masalah kecepatan.